Psikologi Pendidikan "Pendidikan Multikultural"

Kamis, 06 April 2017

Psikologi Pendidikan "Pendidikan Multikultural"




PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural. Para pendukungnya percaya bahwa anak-anak Kulit Berwarna harus diberdayakan dan pendidikan multikultural akan bermanfaat bagi semua murid. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan kelompok minoritas (Bennet, 2003; Pang, 2001; Schmidt & Mosenthal, 2001).

Pendidikan Multikultural muncul dari gerakan hak-hak sipil pada 1960-an dan gerakan untuk pemerataan kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat untuk wanita serta Kulit Bewarna. Sebagai sebuah bidang, pendidikan multikultural mencakup isu-isu yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. Karena keadilan sosial adalah salah satu nilai dasar dari bidag ini, maka reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya (Banks, 2001). Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplemantasikan guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negatif dan stereotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua etnis.

Memberdayaan Murid
Istilah pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil. Pada tahun 1960-an sampai 1980-an, pendidikan multikultural dititik beratkan pada usaha memberdayakan murid dan memperbaiki representasi kelompok minoritas dan kultural dalam kurikulum dan buku ajar. Pemberdayaan masih menjadi tema penting dalam pendidikan multikultural dewasa ini (schmidt, 2001). Menurut pandangan ini, sekolah harus memberi kesempatan untuk belajar tentang pengalaman, perjuangan, dan visi dari berbagai kelompok kultural dan etnis yang berbeda-beda (Banks, 2001, 2002, 2003). Harapanya adalah hal ini akan meningkatkan rasa harga diri kelompok minoritas, mengurangi prasangka, dan memberikan kesempatan pendidikan yang lebih setara.

Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Pengajaran yang relevan secara kultural adlah aspek penting dari pendidikan multikultural . Prngajaran ini dimaksutkan untuk menjalinkan hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar. Pakar pendidikan multikultural percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran yang relevan secara kultural ke daam kurikulum karena akan membuat pengajaran menjadi lebih efektif. Beberapa peneliti menemukan bahwa murid dari kelompok yang sama berperilaku dengan cara yang membuat beberapa tugas pendidikan menjadi sulit. Misalnya, Jackie, Irvin, dan Janice Hale-Benson mengamati bahwa murid Africa-Amerika sering lebih ekspresif dan semangatnya besar. Ketika murid berperilaku seperti itu, mereka menyarankan agar murid itu diberi kesempatan untuk memberi presentasi ketimbang menyuruh merekamengerjkan ujian tertulis. Peneliti lain telah menemukan bahwa banyak murid Asia-Amerika lebih menyukai pembelajaran visual ketimbang anak Eropa-Amerika. Jadi untuk murid seperti ini, guru bia menggunakan model tiga dimensional , grafik, foto, diagram, dan tulisan di papan tulis.

Pendidikan yang berpusat pada Isu
Pendidikan yang berpusat pada isu juga merupakan aspek penting dari pendidikan multikultural. Dalam pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid. Pendidikan yang berpusat pada isu terkait erat dengan pendidikan moral.

Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari Komponen Etnis yang Berbeda
Ada sejumlah strategi dan program untuk meningkatkan hubungan antara anak-anak dari kelompok etnis yang berbeda-beda. Antara lain :

1.      Kelas Jigsaw
Kelas dimana murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama.

2.      Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda
Misalnya, memasukan anak minoritas ke bis sekolah yang didominasi kulit putih, atau pun sebaliknya, tidak selalu bisa mengurangi prasangka atau memperbaiki hubungan antar etnis. Yang terpenting disini adalah apa yang terjadi setelah anak tiba di sekolah.

3.      Pengambilan perspektif
Latihan dan aktifitas yang membantu murid melihat perspektif orang lain dapat meningkatkan relasi antar etnis. Latihan ini didesain untuk membantu murid memahami gegar budaya yang muncul sebagai akibat dari berada di setting kultural di mana orang berperilaku dengan cara berbeda dengan yang biasa dilakukan murid.

4.       Pemikiran kritis dan intelegensi emosional
Murid yang belajar berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan tak lagi menstereotipkan orang lain. Murid yang berfikir dangkal, seringkali lebih banyak berprasangka. Akan tetapi, jika murid belajar mengajukan pertanyaan, memikirkan dahulu isunya ketimbang jawabannya, dan menunda dahulu penilaian sampai informasi yang lengkap sudah tersedia, maka prasangkanya akan berkurang. Intelegensi emosional bermanfaat bagi hubungan antar etnis.

5.      Mengurangi bias
            Pendukung kurikulum anti bias ini beragumen bahwa kendati perbedaan itu baik, namun diskriminasi bukan sesuatu yang baik. Kurikulum ini lebih mendorong guru untuk menghadapi isu bias yang mengganggu ketimbang menutup-nutupi bias itu.

6.      Meningkatkan toleransi
Teaching Tolerance  Project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan pemahaman artikultur dan hubungan antara anak kulit putih dengan anak kulit berwarna.

7.      Sekolah dan komunitas sebagai satu tim
            James Corner percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak.  Ada 3 aspek penting dalam Corner Project, yakni :
·       -Pemerintah dan tim menejemen yang mengembangkan rencana sekolah yang komperhensif, penilaian         strategi, dan program pengembangan staf.
·         -Tim pendukung sekolah dan kesehatan mental.
·        -  Program orangtua.

Isu apakah Inti Nilai “Putih” Mesti Diajarkan atau Tidak?
            Pendidikan multikultural dikritik oleh orang yang berpendapat bahwa semua anak seharusnya diajari satu nilai inti bersama , terutama nilai Anglo-Protestan Kulit Putih. Namun, pendukung pendidikan multikultural tidak menentang pengajaran nilai inti seperti itu selama ia tidak keseluruhan kurikulum.



0 komentar :

Posting Komentar